SAMARINDA – PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) akan mengoperasikan pabrik amonium nitrat terbesar di Indonesia akhir Februari mendatang. Kapasitas produksinya sekitar 300.000 metrik ton (MT) per tahun diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Pabrik itu sudah 90 persen selesai. Investasi yang kami catat cukup besar, sekitar Rp 4 triliun dan itu sudah direalisasikan semua,” jelas Kepala Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Kaltim Yadi Sabiannoor, kemarin (27/1). Pada Rabu (25/1) lalu, dia ikut rombongan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengunjungi pabrik yang berlokasi di Kawasan Kaltim Industrial Estate Bontang.
PT KNI didirikan tahun 2001 sebagai perusahaan penanaman modal asing (PMA). Sejak awal pendiriannya, KNI bertujuan memenuhi kebutuhan amonium nitrat di Indonesia. Armindo Grup (Armindo) yang sejak awal menguasai saham mayoritas KNI sebesar 51 persen telah menggandeng mitra luar negeri yaitu Orica International, dengan kepemilikan saham sebesar 49 persen.
Menurut Yadi, banyak keuntungan diperoleh Kaltim dengan dioperasikannya pabrik yang memproduksi bahan peledak itu. “Pertama, multiplier effect di sekitar Bontang,” katanya. Pada tahap konstruksi yang dimulakan 2009 lalu, sudah menyedot 2.600 orang. “Begitu operasional, sekitar 160 tenaga kerja akan diserap,” ujar Yadi.
Porsinya, sebut dia, 65 persen bagi warga Kaltim, sisanya dari luar Kaltim. Saat ini sudah terjaring 80 tenaga kerja yang sekarang sedang dilatih di Australia dan Kanada.
Keuntungan lain bagi Kaltim, menurut Yadi, keuntungan berupa pajak yang saat ini memang belum diketahui berapa besarannya. “Kalau sudah operasional, kelihatan berapa mereka harus nyetor kepada Negara. Kelihatannya cukup besar,” kata Yadi.
Keuntungan lainnya buat Negara, lanjut dia, adalah penghematan sekitar USD 150 juta. Selama ini, kebutuhan ammonium nitrat dalam negeri yang berkisar pada angka 410 ribu MT per tahun didatangkan dari Australia.
Dengan beroperasinya KNI, amonium nitrat bisa diproduksi sendiri. Terlebih, kata Yadi, rencananya didirikan satu pabrik lagi milik PT Dahana dengan kapasitas produksi sama dan di lokasi yang tak jauh dari sana.
Industri amonium nitrat terus tumbuh sejalan pertumbuhan industri pertambangan di Indonesia yang meningkat tajam sejak lima tahun terakhir. Kebutuhan amonium nitrat untuk pasar dalam negeri pada tahun 2012 diperkirakan bisa mencapai 600.000 MT per tahun.
Amonium nitrat merupakan bahan baku untuk pembuatan bahan peledak berdaya ledak rendah atau low explosive. Amonium nitrat umumnya digunakan sebagai bahan peledak sektor komersial seperti industri pertambangan, batu bara, tembaga, emas dan industri semen. (wan/lhl)
Sumber berita: KaltimPos
No comments:
Post a Comment